KOMISI Somatua Intan Jaya

Komunitas Independent Somatua Intan Jaya adalah sebuah wadah yang lahir dari kegelisahan hati dan pergumulan mahasiswa dan pelajar Intan Jaya yang ada di kota study Jayapura untuk memproteksi manusia dan alam yang ada di kabupaten ntan jaya dan secara umum di Papua.

Kasihi Seperti Allah Mengasihi

Posted by KOMISI SOMATUA on Sabtu, 16 Februari 2013

“Aku Sayang Kamu”
Fr.Yeheskiel Belau. Foto: Dok KOMISI

Oleh : Fr.Yeheskiel Belau 

Ungkapan “Aku Sayang Kamu” tidak asing lagi di telinga kita. Seringkali kita mendengarnya melalui tayangan-tayangan sinetron, syair-syair lagu bahkan kita sendiri mengungkapkannya. Lebih dari itu, Aku Sayang Kamu (ASK) bergemah di seluruh dunia pada setiap 14 Februari yang sering disebut sebagai hari “Valentine Day”. Valentine Day adalah Hari Tanda Kasih Sayang. Karena itu, tanggal tersebut kita selalu menyerukan “Aku Sayang Kamu” kepada kekasih, anggota keluarga, sanak-saudara dan siapa saja yang kita jumpai. Kasih sayang ini dapat diungkapkan dengan ciuman, pelukan dan pemberian kado dalam bentuk bunga, perhiasan menarik, makanan, alat-alat elektronik dan sebagainya sesuai dengan konteks.

Pada peringgatan Valentine Day juga orang menyapa sesamanya “Aku Sayang Kamu” dengan intensi tertentu. Ada insan yang mengungkapkan kasih kepada pribadi lain, karena ia pun ingin disayangi secara eksklusif. Pada tataran ini selalu terjadi di dunia percintaan erotis. Dunia percintaan erotis tentu dialami dan dihidupi semua kalangan generasi manusia. Enta dalam dunia percintaan kaum remaja, keluarga-keluarga muda maupun di kalangan orang tua. Dalam peziarahan dunia percintaannya “Aku Sayang Kamu” menjadi sayap bagi kedua insan yang sedang berlayar di lautan cinta. Maka ungkapan ASK dialami sebagai keutuhan ikatan cinta dan jaminan untuk terus hidup bersama dalam hubungan yang eksis serta harmonis.

Aku Sayang Kamu juga berarti “aku sayang aku”. Dengan kata lain; si aku menerima si kamu sebagai aku. Artinya, ungkapan yang mengandung penerimaan kamu secara total menjadi aku. Aku mau menerima perbedaan, kelebihan dan kekurangann kamu. Di sisi lain berati aku rela membuka diri dan memperlihatkan keutuhan aku kepada kamu. Secara sederhana dapat dirumuskan demikian “Lihatlah, ini aku, aku berbeda dengan kamu, aku punya kelebihan dan kekurangan juga. Andaikan aku dan kamu serentak menyeruhkan ASK, maka “aku” dan” kamu” adalah aku atau kamu. Bukan kamu dan aku lagi”.

Ada insan yang meyerukan “aku sayang kamu” kepada pribadi lain secara inklusif. Ungkapan sayang pada tataran ini tanpa intensi khusus yang eksklusif, tetapi menyiratkan makna kasih sayang universal. Di sinilah arena tumbuh dan berkembangnya kasih sayang antar sesama, sebagai anggota keluarga, kerabat dan sesama manusia. Di arena ini seorang ayah atau ibu dapat mengungkapkan sayangnya kepada anak-anak, saudara-saudari dan sebaliknya. Dalam kasih ini pula sesama mengungkapkan kasihnya kepada sesama yang lain, karena sesama adalah sama seperti dirinya. Ungkapan ASK di sini, mengandung gambaran kasih yang bebas, terbuka, luas, hidup, luhur dan abadi. Wujudnya menampilkan kasih tanpa pamri, menyeluruh, dan merupakan pemenuhan substansinya sebagai manusia. Manusia yang hadir di dunia atas dasar kasih serta berada dalam kasih sesama dan Allah.

Kahadiran manusia di dunia amat dimungkinkan oleh kasih sesama dan Allah. Karena itu gemah kasih tidak pernah dan tidak akan padam dari hidup manusia. Manusia yang berpulang pun akan dituntun oleh kasih dan mengiringi perjalanannya kepada Sang sumber kasih, untuk menyatu dengan-Nya. Jadi, pada hakekatnya kasih mengawali dan berada sebagai akhir penyatuan manusia. Dalam hasil refleksi-refleksi teologis, secara jelas dikatakan bahwa kasih itu adalah Allah. Allah yang menyatakan diri “Aku adalah Alfa dan Omega” (Wahyu 1:8). Dalam konteks ini, Allah Alfa dan Omega berarti Allah yang memungkinkan titik terbentuknya sosok manusia (awal) dan Ia siap menyatukan manusia dalam diri-Nya (akhir). Maka, sesungguhnya kepenuhan kasih berada dalam kebesaran Allah. Dan, karena manusia hadir atas dasar kasih-Nya, maka substansi manusia juga adalah kasih. Sebab itu ekspresi manusia “aku sayang kamu” adalah gambaran kasih Allah. Pertanyaannya; Bagaimana menggemahkan ASK sebagai gambaran kasih Allah dalam dunia kasih mencakup semua kalangan? Pemahaman ASK yang dialami manusia dalam dunia percintaan di semua kalangan telah digagaskan di atas. Karena itu, pertanyaan ini mesti dimengerti dalam lingkupnya.

Hal penting yang menjadi sentral di sini adalah menyerukan ASK sebagai penerusan kasih Allah kepada sesama, baik dalam dunia percintaan maupun dalam keluarga dan pergaulan. Injil Matius, sangat jelas menekankan kasih “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’ (22:39). Nats Suci ini sesungguhnya adalah hukum kedua yang mendasari seluruh hukum. Karena itu, mengasihi sesama adalah hal yang mutlak bagi manusia, yang tidak dibatasi oleh waktu dan siapa pun. Manusia hendaknya membangun kasih yang seimbang, saling membahagiakan, bermartabat dan harmonis.

Menyerukan ASK di dunia sebagai gambaran kasih Allah, membutuhkan pemahaman sifat-sifat Allah secara intens. Kita mengenal sifat-sifat-Nya dalam Kitab Suci yang adalah pokok ajaran iman, bahwa Ia bersifat Maha Baik, Maha Kasih, Maha Kuasa, Suci, Setia, Penolong dan Pelindung. Karena itu, dalam dunia percintaan eksklusif maupun inklusif, kita dituntut bercinta atau berkasih demi kebaikan bersama, setia satu sama lain, menjadi penolong dan pelindung sesama. Kasih menjadi yang utama agar terhindar dari kecemburuan, kesalapahaman bahkan dari konflik dan keterpecahan. Jikalau mengaktualkan ASK secara demikian di dunia, maka secara otomatis kita telah memenuhi hukum utama, yakni “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37). Hal yang mau ditekankan di sini adalah kesungguhan hati dan penyerahan diri yang total untuk mengungkapkan “Aku sayang Kamu” kepada kekasih dan sesama manusia dengan tindakan kongkrit yang nyata. Sebab hal inilah yang dikehendaki Allah, supaya semua manusia mengalaminya dengan baik.

Kasih itu tidak terbatas pada waktu dan orang yang kita kagumi, tetapi juga dapat dialami di setiap waktu dan mengalami melaui siapa saja yang kita jumpai di mana saja. Untuk itu perluh ada keterbukaan diri yang positif terhadap pengalaman kongkrit setiap hari. Karena hanya dengan begitu, kita mampu membaca tanda-tanda kehadiran sapaan kasih, kemudian memaknai dan membatinkannya dalam hati. Selanjutnya atas dasar itu dengan leluasa kita mampu menampilkan sikap dan prinsip hidup kasih. Jikalau terjadi demikian, pasti kita dipandang sebagai penyalur kasih bagi semua orang, sesuai dengan hukum Allah sendiri.

Dengan demikian hubungan kasih antara aku dengan kamu sungguh eksis dan harmonis. Hubungan kasih yang harmonis ini merupakan gambaran hubungan kasih harmonis antara aku dan Allah. Inilah titik terpenting yang harus disadari dan diusahakan terus-menerus oleh kita dalam hidup ini. Kirannya pada momen Valentine Day di tahun ini menjadi titik tolak untuk membatinkan dan mengusahakan kasih itu. Ungkapkanlah “Aku Sayang Kamu” bukan hanya kepada kekasih dan anggota keluarga saja, tetapi juga kepada semua orang, alam dan Allah dengan kesungguhan akal, hati dan sekuat tenaga.

Semoga Valentine Day yang kita rayakan menjadi cikal-bakal menyebarluasnya kasih sayang universal yang mencakup semua segi hidup. Aku sayang kamu! Amakaniee....wa...wa...wa............!


Penulis adalah mahasiswa semester empat (Tingkat dua) 
pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologia (stft) 
Fajar Timur, Abepura, Jayapura, Papua.

Blog, Updated at: 04.22

0 komentar:

Posting Komentar

BERITA TERBARU

Komisi Somatua Intan Jaya. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts