Pengantar
Setiap manusia tentu menginginkan yang terbaik dalam
hidupnya. Keinginan akan yang terbaik itu nyata dalam berbagai upaya yang
dilakukannya demi memenuhi visi yang diimpikan itu. Upaya-upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan hidup itu meliputi: bekerja baik kerja fisik (masyarakat)
maupun kerja otak (mentalitas kapitalis: tidak perlu menguras tenaga secara
berlebihan karena yang kerja itu ada orang lain: para buruh), berkebun, menanam
saham, dan seterusnya. Semua bentuk upaya itu berorientasi pada pemenuhan akan
berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan akan rasa aman, damai, dan juga ingin
agar tercipta suasana harmonis di antara sesama
manusia baik yang miskin (masyarakat kelas bawah) maupun yang kaya
(masyarakat kelas menengah dan kelas atas/kaum kapitalis).
Visi mulia akan
“menginginkan yang terbaik” dalam hidup itu
tidak sepenuhnya dicapai oleh manusia. Mengapa? Karena hal ini tentu
disebabkan oleh adanya persaingan dari para kapitalis dalam mengejar laba yang
sebesar-besarnya. Dampak dari adanya persaingan itu turut mempengaruhi pola
hidup masyarakat kecil sehingga apa yang diinginkan oleh masyarakat kecil
(parah buruh) akan kelayakan hidup itu kurang dipenuhi. Akibatnya yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Barangkali inilah fenomena yang
sangat nampak di seluruh belahan bumi ini termasuk Indonesia pada umum dan
Papua pada khususnya.
Jika yang terjadi adalah “yang kaya semakin kaya dan yang
miskin semakin miskin”, maka pertanyaannya adalah: fenomena seperti ini salah
siapa? Apakah karena masyarakat malas kerja? Atau apakah karena
Negara/pemerintah yang berperan sebagai penengah itu justru mendukung
kapitalis? Bagi saya barangkali semua realitas itu terjadi karena adanya SISTEM
yang tidak memihak masyarakat sehingga sistem yang dibuatnya itu terkesan
menindas masyarakat. Di sini peran pemerintah sangat diharapkan untuk menjadi
penengah agar kesejahteraan hidup masyarakat juga terpenuhi. Jika tidak maka
potret kemiskinan dan penderitaan masyarakat kecil menjadi realitas yang
memperlihatkan kepada dunia bahwa itulah potret kebiadaban dan kegagalan Negara
dalam memperhatikan kesejahteraan hidup rakyatnya. Solusi yang terbaik adalah
tidak ada jalan lain selain memperbaharui sistem.
I. KAPITALISME DAN SOSIALISME
1.1 KAPITALISME
Sebelum kita menganalisis dan mencari relevansi yang tepat
mengenai kapitalisme, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa itu
kapitalisme menurut beberapa sumber.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kapitalisme
dilihat sebagai sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya
(penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau
modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas. Sedangkan
menurut Kamus Sosiologi-Antropologi, kapitalisme didefinisikan sebagai suatu
sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang memiliki ciri-ciri: memiliki modal
yang besar dalam produksi, kebebasan yanga relatif besar dalam kegiatan
perekonomian, sumber modal berasal dari modal pribadi, dan seterusnya.
Berdasarkan arti kata, kapitalisme atau capital berasal dari
bahasa Latin yakni capul yang berarti “kepala” muncul pertama kali pada abad
XII dan XIII, yang artinya dana, persediaan barang, sejumlah uang dan bunga
uang pinjaman. Dalam perkembangan selanjutnya yakni abad XVIII istilah tersebut
digunakan secara umum khususnya dalam konteks capital produktif. Dan dalam hal
ini tokoh Karl Marx tak dilupakan. Beliau melihat kapitalisme sebagai
“masyarakat yang memproduksi komoditas” di mana alat-alat produksi utama dimiliki
oleh kelas khusus, kaum borjuis, dan tenaga buruh juga menjadi komoditas yang
dibeli dan dijual.
Bertolak dari dasar pemikiran di atas, maka Marx menyatakan
bahwa, dari sudut pandang pemilik modal, satu-satunya tujuan produksi adalah
laba. Laba bukan hanya penting untuk dikonsumsi pribadi si pemilik modal, namun
yang lebih penting adalah investasi demi mempoleh laba di masa depan. Dalam
analisisnya Marx melihat adanya implikasi bahwa kaum pemilik modal mempunyai
kepentingan untuk menekan kelas buruh, sementara para buruh juga mempunyai
kepentingan untuk menghapuskan sistem kapitalisme. Namun cita-cita akan
penghapusan sistem kapitalisme tersebut tidak akan tercapai apabila tidak ada
kekompakan dan kerja sama dari seluruh pekerja. Untuk itu, perlu menyatukan
persepsi tentang persatuan dan kesatuan melalui aksi pemogokan kerja secara
besar-besaran agar mereka membuat kebijakan yang menguntungkan semua pihak atau
jika itu gagal, maka kemungkinan bisa saja menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Di sini tampak ciri masyarakat sebagai makhluk sosial karena manusia yang satu
bekerja sama dengan manusia yang lain khususnya dalam menghasilkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk hidup. Bertolak dari seluruh penjelasan tentang
kapitalisme ini, maka dapat dikatakan bahwa logika para kapitalis adalah uang –
barang - uang, sedangkan logika pra-kapitalis adalah barang – uang –barang.
Dengan demikian kita perlu ketahui bahwa kapitalis awal memiliki prinsip
“mereka mengembangkan ekonomi yang lebih tinggi berdasarkan ilmu, teknik-teknik,
penemuan-penemuan baru, dan seterusnya”.
1.2 SOSIALISME
Sebelum kita menganalisis dan mencari relevansi yang tepat
mengenai sosialisme, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa itu
sosialisme menurut beberapa sumber.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosialisme
dilihat sebagai ajaran atau paham kenegaraan yang berusaha supaya harta benda,
industri dan perusahaan menjadi milik Negara. Sedangkan menurut Kamus
Sosiologi-Antropologi, sosialisme didefinisikan sebagai paham kenegaraan dan
ekonomi yang berusaha agar harta benda, industri, dan perusahaan menjadi milik
umum (negara). Kita juga perlu ketahui bahwa ide-ide sosialis, dalam berbagai
bentuknya, telah diekspresikan di abad lampau namun sosialisme sebagai doktrin
tersendiri dan sebagai gerakan baru muncul pada 1830-an ketika istilah itu
dipakai secara umum. Ia kemudian menyebar secara cepat di Eropa, khususnya
setelah revolusi 1848 dan pada akhir abad ke-19 muncul partai-partai sosialis
besar di beberapa Negara, terutama di Jerman dan Austria. Sementara itu
pemikiran sosialis makin menyebar ke seluruh dunia. Hal ini berarti bahwa
sosialisme lebih merupakan suatu tindakan protes terhadap individualisme
kapitalis yang terkesan otoriter, tidak menjunjung tinggi nilai kesetaraan,
dst-nya. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan dari paham sosialisme adalah
memperjuangkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, komitmen terhadap
kesetaraan dan juga menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Berbicara tentang sosialisme tidak terlepas dari tokoh Karl
Marx. Mengapa? Karena beliau juga banyak memberikan sumbangan yang cukup
berarti ketika masyarakat kecil berada dalam situasi memprihatinkan akibat
adanya kekuasaan kapitalisme yang otoritatif. Beliau menyatakan bahwa kehidupan
sosial tidak terlepas dari kerja sama manusia yang satu dengan manusia yang
lain. Artinya bahwa dengan adanya kerja sosial akan menjadi kunci perubahan
sosial di mana setiap orang akan bekerja sama dalam mengubah lingkungan alami
sebagai lahan untuk menghasilkan berbagai produksi. Hal ini juga mengandaikan
adanya kekuatan-kekuatan produksi dari setiap orang seperti pengetahuan dan
ketrampilan. Selain itu hubungan-hubungan antar produksi juga penting karena
bentuk-bentuk pengorganisasian sosial juga menentukan sejauh mana
kekuatan-kekuatan produksi itu dimanfaatkan.
II. ANALISIS
2.1 KAPITALISME
Logika para kapitalis adalah uang – barang – uang. Hal ini
mau mengungkapkan bahwa kapitalis awal memiliki prinsip “mengembangkan ekonomi
yang lebih tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan, teknik-teknik,
penemuan-penemuan baru, dst-nya. Artinya bahwa kapitalisme tidak akan pernah
berhenti untuk berinvestasi dalam rangka mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Logika uang-barang-uang merupakan suatu paham yang dibangun
oleh para kapitalis dengan menghalalkan berbagai cara demi keuntungan itu. Hal
ini berarti para buruh adalah budak dari para penguasa. Mengapa? Karena nasib
buruh ditentukan oleh kaum pemodal sehingga mau dan tidak, suka atau tidak
suka, para buruh harus menguras tenaga demi kepentingan kapitalis. Dengan
melihat realitas seperti itu, maka nilai kesetaraan, kebebasan dan keadilan
sama sekali tidak nampak.
Yang lebih parah lagi adalah berbagai kebijakan dan
peraturan ditetapkan oleh penguasa sehingga kapan saja bisa berubah sesuai
kemauan kapitalis. Akibatnya para buruh dapat dirugikan kapan saja sehingga
tidaklah mengherankan jika kemiskinan dan penderitaan semakian merajalela di
kalangan masyarakat kecil. Sedangkan bagi masyarakat kelas menengah dan kelas
atas tidak mengalami apa yang dialami oleh masyarakat kecil. Inilah potret
bagaimana kaum pemilik modal bekerja demi laba yang sebesar-besarnya.
Di lain sisi kita jangan melihat kapitalisme hanya dari kaca
mata negatif saja sebab seburuk-buruknya sesuatu pasti ada titik terangnya.
Artinya bahwa dengan adanya kapitalisme tentu ada sisi positifnya juga. Sisi
positif yang dimaksud adalah: jumlah pengangguran menurun, lapangan kerja
tersedia, upah yang diberi sesuai jam kerja, dst-nya. Hal ini berarti bahwa
dalam sistem kapitalisme hak-hak individu sangat dihormati, kesejahteraan hidup
akan dijamin bagi mereka yang rajin, tekun dan sabar dalam melakukan
tugas-tugas, dst-nya.
2.2 SOSIALISME
Sosialisme lebih merupakan suatu tindakan protes terhadap
individualisme kapitalis yang amat otoriter dengan segala kebejatannya,
seperti: menindas masyarakat kecil melalui berbagai kebijakan dan peraturan,
tidak menjunjung tinggi nilai kesetaraan, dst-nya. Inilah akar masalah yang
menyebabkan munculnya paham sosialisme di kalangan masyarakat. Paham sosialisme
tersebut mempunyai tujuan pada dirinya sendiri yaitu demi memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, membangun komitmen terhadap
kesetaraan dan mengharapkan adanya masyarakat tanpa kelas. Penjelasan ini mau
menyatakan bahwa sosialisme menginginkan adanya kepemilikan bersama atau
kolektif. Artinya bahwa manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Karena
makhluk sosial, maka manusia yang satu tidak dapat bekerja tanpa orang lain.
Partisipasi dari sesama itu menunjukkan bahwa masyarakat dapat bekerja tanpa
harus dikontrol oleh penguasa. Sosialisme juga mau menyatakan bahwa biarkanlah
masyarakat memproduksi barang-barang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang ada pada mereka. Dengan berlaku demikian, maka kesejahteraan masyarakat
kecil akan tercapai.
Sosialisme juga merupakan reaksi atas liberalisme yang
terlalu memutlakkan hak milik pribadi secara berlebihan. Hal ini tentu
berorientasi pada keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain.
Segala daya upaya yang dilakukan hanya demi kepentingan diri. Selain itu,
sosialisme juga muncul karena adanya penolakan atas intervensi Negara dalam
persaingan ekonomi atau dalam dunia industri. Konsekuensinya adalah hak
individu harus dihapus dan diganti dengan kepemilikkan bersama/kolektif. Hal
ini entah sadar atau tidak sadar, secara tidak langsung pada saat yang sama
paham sosialisme turut melahirkan komunisme. Artinya bahwa segala milik yang
diperjuangkan agar menjadi kepunyaan bersama itu lalu kemudian mengarah pada
kepemilikan Negara sehingga Negara mengolah dan mengontrol demi kepentingan
umum.
III. RELEVANSI
3.1 KAPITALISME
Sistem ekonomi kapitalisme secara tidak langsung telah
merambat ke seluruh dunia termasuk Indonesia pada umumnya dan Papua pada
khususnya. Sistem kapitalisme yang berinvestasi di Papua mulai terasa di
mana-mana dan salah satunya adalah amat nampak di wilayah kota Jayapura ini.
Hal ini terbukti dengan adanya berbagai mall yang ada di kota Jayapura ini. Mall-mall
itu kini terlihat berdiri megah di sepanjang jalan raya. Katakanlah Saga Mall,
Hola Plaza, Mega, Ramayana dan juga Mall terbesar di kota Jayapura yang baru
saja diresmikan dan mall terbesar ini terdapat di samping paroki APO atau di
depan GOR Jayapura. Berbagai mall ini mau memperlihatkan kepada kita bahwa itu
lho namanya strategi ekonomi kapitalis atau bagian dari produk sistem
kapitalis. Realitas seperti ini mau memperlihatkan bagaimana para pemilik modal
itu bekerja di bumi Papua ini. Itulah wujud nyata dari cara kerja para
kapitalis dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Mereka bebas
mengembangkan usahanya sendiri karena tentu saja diberi izin oleh pemerintah
setempat demi pajak.
Dampak dari adanya mall-mall sebagai produk kapitalis itu,
tentu ada segi positif dan juga negatif. Sisi positif itu terlihat dari:
tersedia lapangan kerja, jumlah penganggur semakin menurun, memperoleh upah
sesuai jam kerja, dan kini terlihat tenaga kerja asal Papua juga semakin banyak
dst-nya. Sementara sisi negatifnya adalah hanya karena demi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui pajak, pemerintah tanpa menyediakan tempat huni yang layak
menyuruh masyarakat untuk menyingkir dari tempat yang hendak membangun mall
itu. Akibatnya masyarakat yang adalah pemilik tanah leluhur itu terpaksa
kehilangan tanah adatnya. Karena tanahnya tidak ada, maka jalan satu-satunya
adalah menjadi penganggur dan bahkan miskin dan menderita di atas tanahnya
sendiri. Inilah cara kerja sistem yang membuat masyarakat kecil semakin termaginalkan.
Realitas seperti ini mau memperlihatkan kepada kita bahwa entah sadar atau
tidak sadar, secara tidak langsung masyarakat yang miskin tetap miskin dan yang
kaya semakin kaya.
Pemaparan di atas merupakan fakta yang terjadi di bumi Papua
ini. Banyak orang Papua kehilangan tanah akibat pemerintah mengizinkan hadirnya
berbagai mall di tanah Papua ini khususnya di kota Jayapura. Pemerintah dan
pemilik modal bekerja sama demi kepentingan umum namun upaya mulia itu ternyata
tanpa memikirkan nasib masyarakat kecil. Pemerintah Papua terkesan pelahap dan
penjilat para kapitalis. Mengapa? Karena pemerintah hanya ikut-ikutan saja atas
kemauan pemilik modal. Karena ikut-ikutan saja, maka masyarakat kecil menjadi
korban entah korban tanah adat, harta benda maupun berbagai sarana-prasarana
lainnya. Solusi yang tepat adalah pemerintah perlu menyediakan tempat tinggal
yang layak bagi masyarakat yang tanahnya hendak membangun mall/ruko-ruko itu
agar mereka tidak merasa dimarginalkan.
3.2 SOSIALISME
Kita telah mengetahui bahwa paham sosialisme amat menekankan
kepemilikan bersama/kolektivitas. Artinya bahwa segala milik pribadi entah apa
pun bentuknya adalah bagian dari milik bersama atau dengan kata lain bukan
milik pribadi. Hal ini secara tidak langsung berorientasi pada kemutlakan
pemerintah atau Negara dalam mengendalikan roda pemerintahan demi kepentingan
umum. Katakanlah salah satu pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan
tentang kepemilikan tanah dan air sebagai milik Negara. Hal ini berarti bahwa
dalam bingkai NKRI ini tidak ada istilah tanah milik si dia atau si ini dan
itu. SDA dalam suatu wilayah yang merdeka secara berdaulat adalah milik bersama
bukan milik pribadi. Dalam konteks kepemilikan bersama contoh ini bisa
diterapkan.
Bertolak dari pemaparan tentang hak pribadi menjadi milik
bersama di atas, jika dilihat secara cermat maka pada kenyataannya paham
sosialisme itu tidak begitu nampak. Walaupun UUD “45 menyatakan tanah, air dan
sebagainya itu merupakan milik bersama namun pada kenyataannya semua orang
entah di mana saja di Indonesia ini sulit memberikan tanahnya kepada orang
lain. Misalkan di Jawa sulit mencari tanah padahal dibutuhkan untuk pembangunan
Gereja. Hal lainnya adalah semua orang mengetahui kalau tanah itu merupakan milik
pribadi seseorang atau milik klen tertentu yang tidak bisa diambil oleh orang
lain tanpa sepengetahuan sang pemilik. Hal ini bertolak dari filosofi orang
Papua tentang tanah sebagai ibu yang memberikan sumber makanan. Karena itu
tanah perlu dijaga dan dilestarikan agar generasi muda juga dapat menikmatinya.
IV. KESIMPULAN
Jika dilihat secara teliti, maka kita akan mengetahui bahwa
paham kapitalisme dan sosialisme itu mempunyai tujuan yang sama yakni ingin
mencapai kebahagiaan hidup. Namun kebahagiaan hidup yang hendak dicapai itu
berbeda jalan. Paham kapitalisme menempuh jalan uang – barang- uang. Artinya
bahwa segala upaya yang dilakukan tidak lain ujung-ujungnya adalah uang. Oleh
karena itu, keuntungang yang sebesar-besarnya adalah misi pokok dalam paham
kapitalisme ini. Hal ini mau mengatakan bahwa kepemilikan individu amat
ditekankan di sana. Akibatnya para kapitalis bagaikan seorang raja yang pantas
dilayani oleh bawahannya. Dalam situasi demikian, kesadaran akan martabat
manusia sebagai sesama ciptaan merupakan sesuatu yang asing dari pandangannya.
Karena ia merasa asing, maka jangan heran jika para kapitalis memandang para
buruh sebagai budak-budak yang tak bernilai. Para buruh akan bernilai sejauh
mendatangkan keuntungan bagi pemilik modal.
Sementara paham sosialisme menekankan kepemilikan bersama.
Oleh karena itu, paham ini lebih merupakan suatu tindakan protes terhadap
kepemilikan individual dari para kapitalis. Mereka berharap adanya
kesejahteraan bersama, keadilan yang seimbang, dan kebebasan yang tanpa syarat.
Dengan demikian, masyarakat yang damai, aman dan sejahtera itu akan tercapai.
Inilah harapan kaum sosialisme. Sosialisme juga mau menyatakan bahwa biarkanlah
masyarakat memproduksi barang-barang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilannya.
Dengan berlaku demikian, maka kesejahteraan masyarakat kecil akan tercapai.
Jika tidak maka kemiskinan dan penderitaan tetap merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari masyarakat kecil. (Tulisan ini lahir dari kenyataan bahwa saat
ini Papua sedang dikuasai oleh para kapitalis atau para pemilik modal…….dan
saya menyadari bahwa sebagian besar tulisan ini bersifat subyektif utk itu
mohon maaf bila pembaca merasa lain dgn tulisan
ini….Wawaaaaaaa…..Amakanieeeee)!! Oleh: Kleopas Sondegau
Penulis adalah Mahasiswa pada Sekolah Tinggi Filsafat dan
Teologi “Fajar Timur” (STFT-FT), Abepura-Jayapura Papua.
0 komentar:
Posting Komentar