KOMISI Somatua Intan Jaya

Komunitas Independent Somatua Intan Jaya adalah sebuah wadah yang lahir dari kegelisahan hati dan pergumulan mahasiswa dan pelajar Intan Jaya yang ada di kota study Jayapura untuk memproteksi manusia dan alam yang ada di kabupaten ntan jaya dan secara umum di Papua.

PENDIDIKAN PAPUA: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Posted by KOMISI SOMATUA on Rabu, 06 Februari 2013


Oleh : Kleopas Sondegau 

Seorang anak sejak lahir dilengkapi oleh Tuhan dengan potensi yang amat sempurna. Artinya, manusia pada umumnya (sebab, ada juga manusia yang mengalami kelainan) diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna di dunia. Kesempurnaan itu tampak dalam potensi manusia yang tak ternilai jika dibandingkan dengan makhluk lain. Makhluk lain hanya dapat mengandalkan nalurinya, sehingga binatang dari dulu sampai sekarang begitu-begitu saja. Sedangkan manusia dari zaman purba hingga sekarang sudah jauh berbeda hasil peradabannya. Manusia mengalami perubahan yang luar biasa dengan meningkatkan dirinya, melalui pendidikan formal maupun nonformal sehingga mengalami peradaban seperti saat ini. Itulah sebabnya potensi manusia dalam rangka pembangunan SDM harus diperhatikan dengan serius dan perlu ditumbuh kembangkannya. Caranya, dengan memberikan stimulasi/sentuhan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk diperhatikan baik oleh orang tua di rumah, masyarakat secara umum maupun oleh pemerintah melalui kebijakan.
Jika kita menyimak baik betapa pentingnya dunia pendidikan, maka kita akan sampai pada suatu pemikiran bahwa melalui pendidikan, Sumber Daya Manusia (SDM) Papua akan meningkat. Mengapa? Karena melalui pendidikan, orang Papua akan menciptakan putra-putri Papua yang berkompeten di kemudian hari. Dengan demikian, orang Papua juga akan mampu bersaing dengan dunia lain yang telah lebih dulu maju. Untuk itu, selain memang harus ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pendidikan, rangsangan harus datang juga dari pemerintah. Rangsangan baik dalam hal sosialisasi maupun bantuan dana pendidikan di daerah-daerah pelosok. Pihak Gereja juga harus ikut sosialisasikan hal ini, bahkan supaya pihak Gereja juga dapat menerapkannya melalui sekolah-sekolah yang dibangunnya.

PENDIDIKAN PAPUA DI ERA OTSUS
Potret pendidikan di era OTSUS amat memprihatinkan. Mengapa? Karena penanganan di bidang pendidikan yang seharusnya menjadi prioritas dalam membangun SDM Papua ternyata tinggal sebuah harapan yang tak kunjung direalisasikan secara maksimal. Pertanyaannya: Berapa orang asli Papua yang menjadi Profesor/Doktor? Barangkali dapat dihitung dengan jari. Berbagai hambatan dalam meningkatkan mutu pendidikan di era OTSUS ini, ternyata menjadi biang kerok suramnya masa depan generasi muda Papua. Persoalan mendasar lainnya adalah bukan hanya rendahnya kualitas pendidikan formal saja, terutama di wilayah pedalaman Papua, tetapi di sana juga terjadi diskriminasi dalam penggunaan dana OTSUS. Hal ini memicu masyarakat untuk membangun berbagai sekolah swasta dengan harapan akan mendapat suntikan dana dari pemerintah melalui dana OTSUS. Hal ini sungguh amat memprihatinkan karena terkesan bahwa orang berlomba-lomba untuk mendirikan sekolah-sekolah tanpa mempertimbangkan kualitas pendidikan. Hal ini akan berdampak pada pembangunan SDM Papua ke depan. Realiatas semacam ini perlu dikontrol oleh dinas terkait agar tidak merugikan generasi muda Papua.
Permasalahan pendidikan Papua di era OTSUS nampaknya saling kait mengait antara satu dengan yang lain. Pertama, Masalah Dana. Kalau dilihat secara cermat, maka dana OTSUS yang dialokasikan untuk pendidikan adalah 30%. Dana 30% ini diperuntukkan bagi peningkatan SDM Papua yang berkualitas lewat pendidikan di sekolah-sekolah. Namun realisasi dari dana 30% itu tidak jelas. Mengapa? Karena salah satu tujuan dari pemberian dana itu adalah untuk meringankan beban orangtua dengan cara bebas biaya pendidikan (gratis) namun, kenyataannya tidak demikian. Sebab masih saja orang tua membayar biaya pendidikan. Lebih parah lagi adalah biaya pendidikannya sangat mahal. Pertanyaannya: mengapa? Di mana dana yang dialokasikan untuk pendidikan itu? Di sinilah letak kelemahan pemerintah karena tidak ada pengawasan yang jelas sehingga dana yang diperlukan untuk pendidikan itu malah masuk dalam kantong pribadi.
Kedua, Infrastruktur Jalan. Jalan juga menjadi kendala besar karena banyak jalan yang terlihat rusak parah tetapi belum ditangani dengan baik oleh pihak terkait. Sekalipun dinas terkait sudah berusaha namun, kenyataan di lapangan sering memperlihatkan bahwa adanya ketidakseriusan dalam bekerja. Hal ini menyebabkan jalan yang telah diperbaiki itu tidak lama kemudian rusak lagi. Lebih parah lagi adalah jalan yang rusak itu justru jalan menuju ke sekolah. Kalau realitasnya demikian, maka yang jelas para guru yang adalah ujung tombak dalam membangun SDM Papua itu akan mengalami kesulitan terutama guru yang tinggal jauh dari tempat mengajar. Kesulitannya adalah ia tidak akan pergi mengajar dengan alasan jalan masih rusak. Kalau demikian, maka yang menjadi korban adalah anak-anak didiknya. Bagaimana orang Papua mau berkembang lewat pendidikan kalau realitasnya seperti ini? Kita perlu refleksi!!!  
Ketiga, Ketersediaan Fasilitas Sekolah. Hal yang paling pokok dalam membangun manusia-manusia Papua yang berkualitas adalah mengenai fasilitas sekolah. Jika fasilitas sekolah tidak memadai, maka hal ini sama saja dengan kita membunuh masa depan generasi Papua. Mengapa? Ingat…sarana itu penting. Bagaimana saya mau belajar kalau tidak ada meja belajar, bangku, papan tulis, kapur tulis, dan ditambah lagi dengan daya serap anak yang lambat. Maka itu, sarana itu penting untuk mendukung pembangunan SDM Papua. Sungguh amat memalukan pendidikan di era OTSUS ini!!! Bukannya semakin meningkatkan mutu pendidikan tetapi justru terbalik, mutu pendidikan di Papua semakin merosot alias suram.
Keempat, Perumahan Guru amat Memprihatinkan.  Perumahan yang layak bagi para guru juga tidak tersedia dengan baik. Kalau realitasnya seperti ini, maka bagaimana mungkin seorang guru mau mengabdi kepada murid-muridnya dengan sepenuh hati kalau jaminan kesejahteraannya tidak terpenuhi. Memang banyak fakta bahwa ada guru yang berkeliaran di kota dengan meninggalkan tugasnya namun, hal ini juga mau memperlihatkan kelemahan pemerintah yang biadab itu. Mengapa? Karena tidak ada pengawasan di sana. Karena itu jangan heran kalau guru-guru banyak yang berada di kota ketimbang di tempat tugas. Realitas seperti ini juga mau memperlihatkan bahwa SDM Papua berada di ambang kehancuran.
Semua pihak sudah semestinya berpikir dan mencari solusi terbaik demi menangani permasalahan pendidikan yang hingga kini belum tertangani dengan baik ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu penyamaan persepsi bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi sesungguhnya menuntut keterlibatan semua pihak baik orang tua, para guru serta pemerintah dan masyarakat (pemerhati pendidikan). Permasalahan pendidikan di Papua sesungguhnya menghendaki sebuah tindakan penanganan yang nyata dan bukan sebatas omongan bibir saja. Untuk itu, kata Pastor Doktor Neles Tebay, kini saatnya untuk orang Papua bergerak dengan Otak Bukan Dengan Kekerasan. Maaf dulu boleh sekarang tidak!!!!! Mari bergerak bukan saatnya untuk tidur-tidur.
Untuk Direnungkan Dan Ditindaklanjuti\

a.                 Pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan bangsa ke depan, pada zaman baru ini. Maka itu, pendidikan tetap merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Masing-masing komponen tersebut mempunyai tugas pokok, antara lain:
1)                  Keluarga merupakan lembaga pertama dan yang utama bagi penyediaan bibit-bibit unggul SDM bagi masa depan bangsa. Anak  harus ditempa dengan baik lewat proses awal ini sebelum dilepas ke sekolah (pemerintah) dan masyarakat. Untuk itu, keberhasilan/kegagalan manusia dalam hidup, sebagaian besar tergantung pada pendidikannya yang pertama, yaitu yang dia peroleh pada masa kanak-kanak. Hal inilah yang menjadikan keluarga mesti memikul beban pendidikan anak yang juga bergantung pada kerja sama antara sekolah dan rumah. Dan perlu diingat bahwa biarkanlah anak itu menentukan masa depannya sendiri sesuai minat dan bakatnya bukan orangtua memaksa anak untuk mengikuti kemauan orangtua. Ingat cita-cita yang mau dicapai itu ada di tangan si anak bukan orangtua. Orangtua hanya sebagai motivator.
2). Masyarakat harus memberikan kontribusi dukungan yang baik bagi proses perkembangan anak, agar ia dapat menata dirinya lebih baik, bukan saja kelak sebagai “men of reasoning” melainkan sebagai “agent of change”. Maka, faktor lingkungan juga turut menentukan perkembangan pendidikan seorang anak. Untuk itu, saling dukung mendukung  dalam proses pendidikan adalah satu hal yang amat positif dalam kehidupan masyarakat.
3). Pemerintah merupakan penanggung jawab utama terhadap penyelamatan bangsa, penyelamatan generasi lewat institusi-institusi pendidikan formal maupun nonformal. Pemerintah dituntut untuk menyiapkan pusat-pusat unggulan demi proses selanjutnya untuk mencetak tenaga-tenaga unggul yang memiliki daya saing kompetitif yang tinggi, calon pemimpin bangsa pada masa depan. Bukan sebaliknya tinggal menutup mata menyaksikan penderitaan rakyat Papua dalam usaha mengejar impian lewat pendidikan itu. Jangan matanya terbuka seperti ikan cakalan di pasar Yotefa tetapi ABUNAWAS. Tindakan pemerintah yang seperti ini amat terkutuk, bukan beradab tapi biadab. Dana OTSUS hanya dinikmati oleh segelintir orang Papua khususnya tikus-tikus berdasi yang mata duit ini (elit politik). Lalu masyarakat ini diapakan? Lebih para lagi bahwa 30% dana OTSUS untuk pendidikan pun tidak jelas penanganannya. Kemana dana 30% untuk pendidikan itu? Sedangkan biaya pendidikan masih mahal apalagi sarana prasarana sekolah yang digunakan amat terbatas. Belum lagi gaji guru-guru yang sering kali terlambat dibayar. Ingat…dana OTSUS dikucurkan karena ada masyarakat bukan karena ada elit politik. Memang kenyataan telah membuktikan bahwa pemerintah Papua gagal dalam menangani bidang pendidikan di Papua khususnya di wilayah pedalaman yang masih terbatas dengan sarana prasarana sekolah itu. Ingat…..pembangunan SDM jauh lebih penting dari pada pembangunan fisik semata. Pembangunan fisik akan berjalan kalau pembangunan SDM sudah oke. Setuju??? Up to you!
b.                 Dalam mempersiapkan generasi muda Papua yang berkualitas, maka peran aktif dari pihak keluarga, masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan. Maka, SARAN-nya adalah:
1)                  Bagi lembaga pendidikan: Utamakan sekolah kejuruan agar mampu mengatasi jumlah pengangguran yang semakin membengkak di Papua ini.
2)                  Bagi lembaga pemerintah (dinas terkait): Perlu adakan sosialisasi-sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi para orangtua maupun anak-anak di seluruh tanah Papua agar para orangtua mendorong anak-anaknya untuk sekolah. Mengapa? Karena banyak fakta menunjukkan bahwa ada orangtua yang cenderung cepat mengawinkan anaknya supaya mendapatkan harta. Kapan mau maju? Kapan mau mengakhiri penderitaan di Papua kalau pola hidup dari tete nene moyang itu masih dibawa terus??? Jangan harap kita mau mengubah wajah Papua dari penindasan dan kekerasan yang tidak pernah sepi di bumi ini kalau kita sendiri memunyai pandangan hidup (mematikan) yang demikian. Ingat….. sekarang bukan” zaman lalu” melainkan “zaman baru” yang membutuhkan perubahan di berbagai dimensi kehidupan. Pace…Mace…Tekolaa Doeloe…maka semuanya akan beres. Oleh karena itu, pemerintah disarankan untuk membuka mata melihat realitas yang terjadi agar mencari solusi yang terbaik demi membangun manusia-manusia Papua yang berkualitas.
3)                  Bagi para orangtua: Ingat….orangtua itu hanya sebagai pendorong bagi anak agar kelak menjadi manusia yang berkualitas. Bukan penentu masa depan anak. Oleh karena itu, biarkanlah anak itu menentukan masa depannya sendiri sesuai minat dan bakatnya bukan sebaliknya mengikuti kemauan orangtua. Ingat….Banyak anak yang masa depannya suram karena mengikuti kemauan orangtua. STOP!!! 

Dari berbagai Sumber....

Penulis adalah Mahasiswa pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi “Fajar Timur” (STFT-FT), Abepura-Jayapura-Papua.

Blog, Updated at: 05.09

0 komentar:

Posting Komentar

BERITA TERBARU

Komisi Somatua Intan Jaya. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts