KOMISI Somatua Intan Jaya

Komunitas Independent Somatua Intan Jaya adalah sebuah wadah yang lahir dari kegelisahan hati dan pergumulan mahasiswa dan pelajar Intan Jaya yang ada di kota study Jayapura untuk memproteksi manusia dan alam yang ada di kabupaten ntan jaya dan secara umum di Papua.

Makna Natal Dari Gereja Paroki St.Missael Bilogai dan Paroki St.Yohanes Pemandi Bilai

Posted by KOMISI SOMATUA on Minggu, 13 Januari 2013

Oleh: Yeheskiel

Makna Natal 25 Desember 2012: Yesus adalah tanda sapaan Amakanee dari Allah bagi umat Moni-Migani di Paroki Bilogai dan Bilai. Allah menyapa umat “Amakanee” dengan tanda, karena Ia mengasihi. Karena itu, umat Moni-Migani mesti menerima sapaan itu dan saling mengasihi dalam hidup dan berkarya, sesuai dengan kedudukan.

Dalam refleksi makna Natal ini, kami berusaha singkronkan makna Natal yang disampaikan oleh Pastor Sebastianus Pr. di Paroki St. Yohanes Pemandi Bilai dan Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak Jaya, Pastor Yustinus Rahangear Pr. di Paroki St. Misael Bilogai Tahun 2012, dengan Budaya praktis salam sapaan umat Moni-Migani (Amakanee).

“Amamakanee” adalah salam sapaan khas suku bangsa Moni-Migani. Salam sapaan ini diangkat dalam homili pada perayaan Natal di Paroki Bilai oleh Pastor Sebastianus Pr. Dalam homilinya beliau menanyakan hakikat sapaan amakanee! Mendengar itu, di benak Suster Antonetha Sondegau PRR. terlintas sejuta ide definisi seputar sapaan amakanee. Menurut Suster “amakanee adalah salam khas kami suku bangsa Moni-Migani, salam yang tak kenal waktu, tempat dan orang. Amakanee bisa diucapkan kapan saja dan kepada siapa saja, oleh siapa pun dengan hati yang iklas”.

Kesempatan ini adalah momen yang tepat untuk mencari hakikat sapaan Amakanee bersama Suster Antonetha. Amakanee berasal dari dua kata yakni “ama dan kanee”. Kata ama mengandung tiga arti. Yang pertama; Ama artinya mama, sebutan untuk semua mama. Yang kedua; mama saya, pembuktian: Huruf “A” pertama pada kata Ama bisa menjadi satu kata tersendiri yang berarti “saya”. Huruf “A” menunjuk pada diri pengucap salam Amakanee. Yang ketiga; Ama artinya susu manusia (pria & wanita), maka saat memberikan salam kepada sesama dengan ucapan Amakanee, disertakan juga dengan ekspresi (arahkan tangan kanan pada dada/susunya). Sedangkan “kanee” berarti semacam penyerahan salam mendalam dan hakiki secara total kapada pemberi salam dengan iklas.

Kata ama atau mama mengandung dua arti besar. Pertama; Ama atau Mama saya yang mengandung, melahirkan dan mengasihi keluarga. Kedua; Ama atau Mama “Alam”. Dalam budaya Orang Moni-Migani “Alam” identik dengan mama. Alam yang dimaksud adalah tanah, bukit dan gunung. Tanah yang dengan penuh kasih bersedia menumbuhkan dan menjadi tempat pijak serta hidup manusia Moni-Migani. Bukit dan gunung yang senantiasa mengalirkan air dan mengandung sejuta bahan material penunjang kebutuhan hidup manusia Moni-Migani.

Kata yang membentuk sapaan amakanee bermula dari Ama (mama), Aama (mama saya) Ama (susu) dan Emo (alam). Mama berarti lambang “Kasih” dan sapaan penghargaan terhadap semua Ibu. Mama saya (Aama) berarti ungkapan ekspresi cinta dan pengakuan seseorang kepada Ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui dengan kasih si pengucap sapaan amakanee, sekaligus memberikan atau meneruskan kasih itu kepada sesama. Susu (Ama) berarti lambang kehidupan. Susu yang memberikan kekuatan atau energi (susu sama dengan makanan) bagi bayi manusia, agar ia tetap hidup bertumbuh dan berkembang sebagai manusia sempurna dan dengan baik pula melalui tahap proses perkembangan (masa kanak-kanak remaja dan seterusnya). Sedangkan Alam (Emo) berarti dasar kasih dari semua itu. Emo mendasari seluruh seluk-beluk dan dinamika hidup suku bangsa Moni-Migani. Karena itu, manusia Moni-Migani meyakini bahwa Emolah yang memungkinkan keberadaannya di Wilayah Dugindoga-Kemandoga (Intan Jaya). Karena Emo bersedia memberikan dirinya untuk tinggal di dalamnya dan menikmatinya turun-temurun. Peranan Emo amat sentral dan sebagai nadi dalam segi kehidupan, Ia luas dan melampaui akal pemikiran manusia Moni-Migani.

Dengan demikian sapaan salam khas suku bangsa Moni-Migani “amakanee” mengandung unsur manusiawi dan Rohaniah yang amat signifikan. Manusiawi artinya; memuat sumber kasih kepada sesama manusia. Amakanee mengandung penghargaan kasih yang kekal di masa lalu atau yang melatarbelakanginya, mengandung sikap sopan-santun, kebaikan, menghormatan, persahabatan dan harapan akan adanya perwujudan “Cinta Kasih” yang sempurna dan keharmonisan hidup antara sesama manusia. Rohaniah artinya; memuat spirit yang bersumber dari Emo yang melampaui dan mendasari manusia serta segala sesuatu. Amakanee mengandung Kasih Emo yang meluap dan yang amat besar. Kasih Emo itulah yang terpancar pada manusia Moni-Migani untuk hidup bagi dirinya dan untuk diteruskan kepada sesama dengan sapaan sederhana itu. Jadi, sapaan Amakanee adalah penyerahan pancaran kasih Ama yang sempurna secara total kepada sesama manusia untuk hidup berdamai, bersahabat, bermartabat dan hidup harmonis.

Singkronisasi Natal dengan Amakanee: Natal yang telah dirayakan umat Moni-Migani di Paroki Bilai dan Bilogai adalah “Perayaan sapaan Amakanee dari Allah”. Sesungguhnya pada Perayaan Natal tahun 2012, Allah sungguh-sungguh menyapa umat Moni-Migani dengan sapaan “Amakanee”. Tanda sapaan Amakanee adalah Bayi Yesus, yang hadir di palungan, di Paroki, lingkungan, keluarga dan di setiap hati umat. Pertanyaannya, mengapa Allah mesti memberi salam sapaan Amakane? Barangkali karena hidup umat Moni-Migani semakin beralih (menjauh) dari hadapan-Nya. Umat kurang menuruh kasih pada diri sendiri, sesama, budaya, alam dan akhirnya menjauh dari hadapan Allah. Karena itu, Ia berinisiatif menyapa dengan tanda sapaan Amakanee. Amakanee berarti ada kasih yang mengalir tanpa rasa curiga dan memuat kedamaian, persaudaraan dan persahabatan sejati. Jadi, dengan tanda sapaan Amakanee, Allah hendak mendamaikan dan meletakkan kasih sempurna di setiap hati umat Moni-Migani, supaya mengasihi diri sendiri, sesama, budaya, alam dan mendekati serta sampai pada kesempurnaan dalam diri-Nya.

Kita semua ingin mengalami kesempurnaan, tetapi syaratnya adalah kita harus sungguh-sungguh menerima tanda sapaan Amakanee dengan hati yang terbuka dan siap memberi. Menerima tanda sapaan Amakanee sesuai dengan profesi kita masing-masing. Sebagai seorang ibu rumah tangga, sebagai seorang bapak keluarga, sebagai anak-anak sekolah (pelajar dan mahasiswa), sebagai guru, sebagai pegawai Negeri, sebagai Pejabat dan sebagainya. Kita semua memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda yang juga menuntut pengorbanan. Karena itu, hendaknya kita menjalaninya dalam semangat tanda sapaan “Amakanee”. Berkarya dalam spirit tanda sapaan Amakanee berarti berkaya dalam kasih. Untuk itu, kita harus menyambut kelahiran dan kehadiran tanda Amakanee di tempat usaha dan karir kita masing-masing dengan sadar. Sebab hanya dengan demikian Ia yang hadir, dapat mendayakan setiap responden untuk berkarya dengan taat, setia jujur, adil, bermartabat, mengutamakan kepentingan umum dan kemajuan manusia serta daerah. Inilah sarana dan syarat mencapai kesempurnaan dalam diri Allah.

Semoga melalui refleksi sederhana ini umat Moni-Migani yang tersebar di seluruh tanah air memahami makna salam sapaan khasnya “Amakanee” sebagai tanda sapaan kasih Allah (Yesus). Diharapkan juga supaya setiap kali umat Moni-Migani mengucapkan sapaan Amakanee lantas menyadari bahwa ia sedang berada dalam tanda Amakane (Kristus/kasih) dan membagikan Dia (kasih) itu. Selamat menyambut tanda sapaan Amakanee. Amakanee!

Pertanyaan refleksi;
• Salam sapaan orang Moni-Migani yang diangkat di sini adalah amakanee....Mengapa tidak Aitakanee?

Blog, Updated at: 06.50

0 komentar:

Posting Komentar

BERITA TERBARU

Komisi Somatua Intan Jaya. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts