Mama-mama Moni, Foto : Martinus Alfa Mujijau |
Mereka tidak mengenal siang dan malam hujan dan panas minggu dan bulan bahkan memakan tahun entah kenapa mereka harus melakukan hal itu dari hari ke hari bahkan tahun ketahun. Ketika itu kami mendengar hal itu kami sangat sedih yang membuat mata kami berkaca – kaca dan akhirnya kami mengeluarkan air mata, menagis dan bersedih, sebab tidak ada sesuatu yang terindah yang inigin kami sumbang atau balas untuk keluhan mereka.
Saat itu tepatnya minggu 24 juli 2011 pukul 09.00 WP minggu biasa yang ke tuju belas kami beribadah bersama masyarakat setempat di sebuah gereja yang bernama St. Paulus dengan bacaan injil matius pasal 13 ayat 44 sampai dengan 52.
Pewarta setempat menjelaskan bacaan injil ini dengan penuh gaya kehidupan masyarakat disekitarnya yang membuat umat setempat sadar akan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam kehidupan mereka sehari – hari.
Masyarakat setempat menyampaikan keluhan – keluhan mereka melalui doa umat secara sederhana namun memiliki arti yang dapat menembus kulit dan tubuh bahkan jantung kami yang akhirnya membuat kami menagis dalam gereja tersebut. Sala satu doa umat pada saat itu adalah “Ya Yesus Kristus Curahkanlah Kekuatan Roh Kudus – MU kepada Mereka Yang Berada Dibangku Studi Dari TK hingga PT maupun para pejabat Kabupaten Intan Jaya Agar mereka membangun daerah ini menurut Ajaran Kasih Setia dan Kebeneran – MU, karena hanya Engkaulah Jalan dan Hidup.
Doa tersebut bukan hanya pada saat hari minggu, namun doa tersebut mereka lakukan pada pagi, siang dan malam hingga minggu bahkan tahun ke tahun. Doa tersebut ternyata menjadi doa wajib bagi para orang tua – tua disebagian besar kabupaten Intan Jaya. kami bertanya dan bertanya antara satu sama yang lain apakah yang harus kita lakukan untuk menjawab doa – doa mereka, ternyata tidak ada sesuatau yang dapat kita balas. Sehingga kami hanya mengatakan “kami tidak punya tangan dan kaki, tetapi kami mempunyai mata hati yang dapat melihat, sehingga kami membutuhkan tangan dan kaki agar tubuh kami menjadi satu anggota tubuh yang tidak dapat dipisah – pisahkan antara satu dengan yang lain untuk menjadi sebuah kekuatan yang baru, karena kami melihat banyak tangan dan kaki namun memiliki tangan dan kaki palsu yang dapat melahirkan tangan – tangan dan kaki – kaki palsu.
Apa yang membuat orang tua – tua selalu berdoa dan berdoa tanpa mengenal hari, minggu, bulan bahkan tahun- ketahun,..? tidak ada pemerintahkah,..? atau tidak ada gerejakah,..? atau tidak ada inteltual disanakah,..? maunya apa ini mereka ini,..? berdoa dan berdoa tarsus menerus,..!!! apa mau mereka sebenarnya,..? Sangat sedih, karena harapan tingallah harapan semata. Atasan jalan sendiri dan Bawaan juga buat – buat untuk menjadi Atasan dan tidak ada komunikasi yang baik antara satu dengan yang lain sehingga terciptalah golongan dan kelas yang akhirnya masyarakat akar rumput yang menjdi korban pembangunan dan korban politik.
Masyarakat akar rumput selalu dan selalu dijadikan “alat” oleh berbagai pihak hanya untuk mencapai kepentingan diri sendiri dan kepentingan kelompok, sehingga doa dan harapan anak negeri Intan menjadi sia – sia belaka ulah manusia – manusia yang tidak manusiawi.
Saat inilah tugas dan tagungjawab berat dari Mahasiswa Intan Jaya untuk memberitahu mereka di negeri Intan. Apa yang Mahasiswa pelajari, lihat, rasakan dan alami tolonglah sampaikan kepada mereka di sana, agar hal – hal buruk yang sudah terjadi di beberapa daerah tidak terulang lagi di negeri Intan.
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menjawab doa – doa yang mereka selalu naikkan tanpa henti – hentinya kepada Bapa di Surga.
“ Ora Et Labora”
Salam Perubahan,…!!!
Apa Yang Engkau Tabur Kini, Engkau Akan Menuainya
Oleh : Misael Maisini
amakanie sya sayang setuju dengan web itu..maju teruss,,salamperubahan
BalasHapussalam...... mari kita bersatu untuk lawan kapitalisme
Hapus